Mitigasi Bencana Tsunami Sunyi di Mentawai


Sejumlah bangunan di Kampung Bosuwa Desa Betumonga Pulau Sipora, Kabupaten Kepulauan Mentawai, hancur akibat gempa dan tsunami, Rabu (27/10/2010). Gempa berkekuatan 7,2 SR yang terjadi Senin 25 oktober sekitar pukul 21.40, mengakibatkan gelombang tsunami dan menyapu kawasan pinggir pantai antara lain di Pulau Pagai Selatan, Pulau Sikakap dan Pulau Sipora.

Televisi masih ramai menyiarkan soal letusan Gunung Merapi, Yogyakarta, yang terjadi pada senja hari Selasa (26/10) hingga tengah malam. Beberapa warga diberitakan tewas, termasuk seorang wartawan. Sedangkan ratusan orang di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, tewas dalam senyap.
..setahu saya baru dipasang tiga dan sekarang mungkin sudah lenyap karena dicuri atau rusak.
Tanpa mengecilkan tragedi Merapi, pemberitaan media soal Mentawai memang sangat terlambat. Hingga hari kedua pascabencana, gambaran Mentawai masih samar. Masih sedikit foto dan video dari ladang bencana Mentawai. Sementara pemberitaan seputar Merapi sudah riuh rendah, terutama perihal ”drama” sang juru kunci Merapi, Mbah Marijan.

Negara ini memang belum hadir di pulau-pulau terluar. Maka, ketika bencana melanda kawasan itu, perhatian pun datang terlambat. Bahkan, sekadar kabar soal terjadinya petaka kerap kali datang terlambat. Namun, media ternyata juga tak hadir di sana karena ”tertipu” pernyataan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang mencabut peringatan adanya tsunami. Selain itu, kebanyakan media mengandalkan tebengan. Sedangkan pihak yang biasa ditebengi (baca: pemerintah) terlambat datang, bahkan terlambat mengetahui adanya tsunami.
Dan, ketika pun kemudian hadir, aspek yang banyak diumbar adalah soal ”drama” setelah bencana dan melupakan mitigasi dan adaptasi. Ke mana saja kita sebelum bencana?
Masih saja kita terkaget dengan bencana gempa dan tsunami. Kenyataan bahwa negeri ini memiliki riwayat panjang petaka gempa dan tsunami seolah-olah dilupakan. Dan, petaka di Mentawai ini sudah jauh hari diperingatkan akan terjadi.
Lalu, di mana sistem deteksi dini tsunami yang dulu disebut-sebut telah disiapkan untuk memagari lautan Nusantara setelah petaka Aceh menelan korban tewas lebih dari 150.000 orang?
Melupakan mitigasi
Empat menit setelah gempa dangkal berkekuatan 7,2 skala Richter pada Senin (25/10) pukul 21.42, BMKG mengklaim telah merilis peringatan potensi adanya tsunami.
”Kami sebarkan peringatan itu melalui berbagai moda komunikasi, seperti layanan singkat melalui telepon seluler, faksimile, ke media, juga ke 12 pemda, termasuk ke Mentawai melalui DVB (digital video broadcast),” kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Moch Riyadi.
Nyatanya, sirene peringatan tsunami tak pernah berbunyi di pesisir Mentawai karena pemerintah tak pernah memasangnya di sana. Riyadi mengatakan, ”Kami tidak tahu apakah peringatan itu disampaikan ke masyarakat atau tidak. Itu di luar kewenangan kami.”
Pascaperingatan itu, BMKG, menurut Riyadi, terus menunggu kiriman data pasang surut milik Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal). ”Kami amati terus, ternyata tidak ada data yang masuk dari Mentawai dan sekitarnya. Apakah alatnya tidak ada atau tak ada yang menyampaikan, kami tidak tahu,” ujarnya.
Perhitungan BMKG
Dalam perhitungan BMKG, jika terjadi tsunami, semestinya sudah tiba di pantai Mentawai paling lambat 15 menit setelah gempa. ”Setelah satu jam ditunggu tidak ada info kenaikan gelombang, akhirnya dikeluarkan status all clear, artinya peringatan sudah berakhir. Tujuannya agar masyarakat yang tadinya mengungsi kembali pulang,” ucapnya.
Di pesisir barat pantai Sumatera, seperti Padang, tsunami memang tak terjadi.
Namun, ketika televisi dan radio menyiarkan pencabutan peringatan tsunami itu, ratusan warga Kepulauan Mentawai sebenarnya tengah bergelut dengan maut. Gelombang tsunami menyerbu ke pantai sekitar 40 menit setelah gempa. Tsunami yang datang agak terlambat, slow earthquake tsunami.
Kenapa tsunami yang menghantam Mentawai tak terdeteksi oleh BMKG sehingga mereka mencabut peringatan tsunami? Dampaknya, publik baru tahu telah terjadi tsunami di Mentawai pada Selasa (26/10) siang.
Ahli tsunami yang juga Direktur Pesisir dan Lautan Kementerian Kelautan dan Perikanan Subandono Diposaptono tak heran soal ”lolosnya” tsunami Mentawai dari deteksi BMKG. Sebab, alat deteksi dini tsunami (tsunami buoy) tak terpasang lagi di Mentawai. ”Dulu rencananya mau dipasang 22 buoy setelah tsunami Aceh terjadi. Tetapi, setahu saya baru dipasang tiga dan sekarang mungkin sudah lenyap karena dicuri atau rusak,” ujarnya.
Karena kita belum memiliki alat deteksi yang cukup dan sistem komunikasi yang baik untuk memastikan tsunami tak terjadi, Subandono menyarankan, peringatan tsunami itu semestinya tak usah dicabut.
Strategi adaptasi
Subandono juga mengingatkan, pencurian alat deteksi dini tsunami itu menandakan masyarakat juga kehilangan kepekaan terhadap bencana. ”Banyak yang belum sadar soal ancaman bencana ini sehingga mereka mencuri atau merusak deteksi dini tsunami,” katanya.
Atau permasalahannya bisa jadi karena masyarakat tidak dilibatkan dalam sistem peringatan dini tsunami ini?
Subandono menyebutkan, selain perbaikan teknologi deteksi dini tsunami, jatuhnya banyak korban sebenarnya bisa dihindari jika masyarakat Mentawai tanggap terhadap gempa dan tsunami. Mereka dulu mungkin memiliki kearifan lokal itu, tetapi sekarang banyak yang abai.
”Intinya, kalau ada gempa keras, masyarakat Mentawai harusnya langsung lari ke bukit seperti di Simeulue (Aceh) dengan smong-nya. Masyarakat Mentawai sangat dekat dengan sumber gempa sehingga tsunami bisa lebih cepat datangnya dibandingkan peringatan dini,” ungkapnya.
Subandono mengakui, proses mitigasi dan upaya untuk mengenalkan masyarakat agar beradaptasi terhadap bencana masih dilakukan setengah hati. ”Kami memiliki kemampuan terbatas untuk sosialisasi ke masyarakat. Anggaran mitigasi terbatas,” katanya.
Sebagian masyarakat tradisional sebenarnya memiliki mekanisme adaptasi terhadap gempa dan tsunami. Salah satunya mewujud dalam cerita rakyat atau folklor. Misalnya, cerita smong dari Pulau Simeulue, Aceh. ”Nga linon fesang smong,” demikian kepercayaan masyarakat setempat, yang artinya setelah gempa besar akan datang tsunami. Pengetahuan tentang smong ini berasal dari ingatan tentang tsunami yang pernah menimpa pulau ini pada tahun 1907.
Pengetahuan ini nyatanya menjadi penyelamat warga Simeulue saat terjadi tsunami pada 26 Desember 2004. ”Hanya” tujuh orang yang meninggal di pulau itu akibat bencana tersebut. Padahal, sebanyak 3.146 rumah rusak berat dan 4.856 rusak ringan serta 1.597 rumah hilang ditelan tsunami.
Sebagai salah satu peradaban tua, bahkan mungkin tertua di Nusantara, masyarakat Mentawai semestinya juga memiliki kemampuan adaptasi untuk hidup di pulau yang rentan gempa dan tsunami. Menjadi tugas semua pihak untuk menemukan kembali kearifan lokal itu, selain tentunya secara serius membangun sistem deteksi dini tsunami.... (AIK) (http://regional.kompas.com/read/2010/10/29/11115638/Tsunami.Sunyi.di.Mentawai)

» Read More...

PENERIMAAN CPNS Calo Mulai Berkeliaran

Jumat, 29 Oktober 2010

Masyarakat Antikorupsi Indonesia (Maki) mengindikasi adanya calo yang mulai bergentanyangan menjelang pelaksanaan seleksi penerimaan calon pegawai negeri sipil (CPNS) 2010 di Provinsi Jawa Tengah.

Koordinator Maki Boyamin Saiman mengatakan, di sejumlah daerah beredar tentang harga formasi yang telah dipatok oleh oknum yang mengaku bisa memasukkan seseorang menjadi CPNS. "Padahal, proses seleksi calon pegawai negeri ini belum ada kepastian pelaksanaannya," katanya.

Dari informasi yang diperoleh Boyamin, harga yang dipatok calo kepada calon pegawai negeri ini berkisar Rp 130 juta-Rp 150 juta per formasi. "Untuk lulusan D-3 dipatok sekitar Rp 130 juta, sedangkan lulusan S-1 sekitar Rp 150 juta," katanya.

Selain itu, menurut dia, para calo itu juga menjanjikan sejumlah formasi yang dapat dipilih, seperti tenaga kependidikan, kesehatan, bahkan memilih tempat penugasan. Ia menilai, keberadaan praktik jual beli lowongan calon pegawai negeri ini tidak lepas dari permainan para pemegang kebijakan di pemerintahan.

Ia juga mengungkapkan, pelaksanaan seleksi calon pegawai negeri di tingkat kabupaten/kota selama ini juga rawan dengan praktik penyimpangan.

Oleh karena itu, ia mendukung langkah Gubernur Jawa Tengah yang meminta pelaksanaan seleksi calon pegawai negeri dikoordinasikan oleh pemerintah provinsi. Menurut dia, hal itu untuk memperkecil risiko kecurangan. Adapun daerah yang menolak rencana tersebut berarti membangkang terhadap kebijakan pemerintah pusat.

Sebelumnya, Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo mengatakan, sejumlah kabupaten/ kota di provinsi itu ingin menyelenggarakan seleksi calon pegawai negeri sipil pada 2010 secara mandiri. "Ada sekitar empat daerah yang mengajukan penyelenggaraan seleksi CPNS secara mandiri," katanya. (Wahyudi HR) (http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=265035)

» Read More...

Banjir Jakarta, Dewan Ancam Interpelasi

Sejumlah kendaraan bermotor melewati banjir di kawasan Jalan Thamrin, Jakarta Senin (25/10) Hujan yang menguyur Jakarta menyebabkan beberapa ruas jalan ibu kota tergenang air.

Banjir yang sempat melumpuhkan sebagian aktivitas warga Jakarta menuai reaksi dari sejumlah anggota dewan. Mereka mendesak Gubernur DKI Jakarta segera mempercepat pelaksanaan rencana induk penanggulangan banjir. Bahkan mengancam akan membawa ke forum interpelasi.
"Persoalan ini harus menjadi catatan serius bagi Gubernur. Jika kondisi ini terus berulang bisa saja dibawa ke forum interpelasi,” ujar Wakil Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Jakarta, Sayogo Hendrosubroto ketika dihubungi (27/10).
Menurut Sayogo, pemerintah DKI Jakarta sedianya telah memeliki rencana induk penanganan banjir seperti proyek pembangunan waduk, polder air, kanjir kanal dan pengerukan kali. Namun ia mengakui bahwa proyek tersebut acapkali terbentur masalah pendanaan.
“Keterbatasan anggaran ini bisa saja diatasi jika Satuan Kerja Perangkat Daerah yang lain mau berjiwa besar untuk mengalokasikan anggarannya kepada pembangunan infrastuktur penanggulangan banjir. Masalahanya pemerintah harus bisa menyakinkan itu kepada kami,” ujarnya.
Namun tidak semua anggota dewan memiliki pandangan untuk menyelesaikan masalah ini melalui forum interpelasi. Ketua Komisi B DPRD DKI Jakarta, Slamet Nurdin merupakan satu diantaranya. “Bukan waktunya menyelesaikan masalah ini melalui jalur politis,” ujarnya.
Menurut Nurdin, pengawasan terhadap kinerja aparatur pemerintah cukup dilakukan dengan menggelar rapat kerja dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait seperti Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perhubungan, Dinas Pertamanan, Satpol PP. “Mereka harus saling berkoordinasi,” ujarnya.
Seluruh SKPD tersebut ia minta untuk terus memantau keadaan dan mengambil tindakan sigap untuk menghindari kondisi yang mengkhawatirkan. “Satuan kerja yang berada di bawah Satkorlak mesti disiagakan 24 jam,” ujarnya.

RIKY FERDIANTO (Tempointeraktif)

    » Read More...

    Letusan Merapi "Wedhus Gembel" yang Mematikan


    Dusun Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, luluh lantak setelah diterjang awan panas letusan Gunung Merapi, Rabu (27/10/2010). Akibat letusan gunung berapi ini, ribuan warga mengungsi, ratusan rumah hancur, dan 26 orang meninggal dunia.

    Pegunungan menjadi tempat wisata yang nyaman karena udaranya sejuk. Di puncaknya, lazimnya berkumpul uap air hingga terbentuk awan hujan. Namun, ketika gunung tengah aktif, yang muncul dari lubang kepundannya adalah awan panas yang berbahaya dan mematikan.
    Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, panorama pegunungan merupakan hal yang umum ditemui, termasuk juga ketika gunung itu tengah mengepul. Ini karena wilayah Nusantara merupakan bagian terpanjang dari ”cincin api” atau jajaran gunung berapi di sekeliling cekung Pasifik dan memiliki 129 gunung api.
    Gunung-gunung aktif itu tersebar dari Sumatera hingga Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Maluku. ”Setiap tahun ada 12 hingga 15 gunung api yang berstatus di atas Aktif Normal. Di antara jumlah itu, enam hingga delapan gunung yang meletus,” kata Mas Atje Purbawinata, pengamat kegunungapian.
    Aktivitas gunung merapi, antara lain, ditunjukkan oleh keluarnya lava dari dapur magma ke lubang kepundan. Lelehan lava itu terus menumpuk semakin besar di sekeliling bibir kawah membentuk kubah.
    Naiknya magma ke permukaan kepundan dapat menimbulkan kepulan asap hingga membentuk awan panas dan menyebabkan letusan material yang terdiri dari uap, debu, dan bebatuan. Awan panas atau ledakan freatik tersebut terjadi apabila magma yang naik itu menyentuh air tanah atau genangan air di kepundan.
    Suhu magma bisa mencapai 600 derajat celsius hingga 1.170 derajat celsius. Hal inilah yang membuat air yang terkena langsung menguap dan menimbulkan letusan uap, debu, bebatuan, dan ledakan vulkanik. Mekanisme pembentukan kubah gunung berapi juga terjadi di Gunung Merapi yang Selasa (26/10) kemarin meletus.
    Peningkatan aktivitas vulkanik dideteksi mulai dari kegempaannya hingga terjadinya guguran kubah lava. ”Guguran ini menyebabkan kubah yang terbentuk selama bertahun-tahun akan mulai terbongkar,” ujar Mas Atje, mantan peneliti di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Sebelum memasuki masa pensiun, ia menghabiskan masa tugasnya selama hampir 30 tahun memantau gunung api di Indonesia, terutama Gunung Merapi.
    Deformasi permukaan di puncak semakin besar pada kubah lava yang sudah semakin membesar itu. Karena tidak stabil pada posisinya di puncak tersebut, kubah ini akhirnya gugur dalam bentuk guguran lava pijar dan awan panas.
    Pembentukan kubah Merapi pernah terpantau Satelit Alos dan Ikonos pada 2007 sebelum gugur pada Mei tahun itu. ”Diameternya sekitar 500 meter,” ungkap Orbita Roswintiarti, Kepala Bidang Data Inderaja Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional.
    Sementara itu, dalam laporan tertulis terkait pernyataan status Awas Merapi, Senin (25/10), Kepala PVMBG Surono menyebutkan, dalam waktu empat hari sejak Kamis (21/10) terjadi peningkatan empat kali lipat pertumbuhan kubah di puncak Merapi. Sehari kemudian, kubah yang terbentuk selama empat tahun itu gugur.
    Gugurnya sebagian besar kubah ini membuka jalan lebih besar bagi magma untuk naik ke permukaan. Kondisi ini menyebabkan terbongkarnya kubah lava secara besar-besaran. Hal ini mengakibatkan terjadinya letusan, seperti yang terjadi Selasa lalu.
    Letusan tersebut juga diikuti dengan terjadinya fragmentasi material magma baru dan munculnya awan panas. Proses ini, kemarin, mengakibatkan hujan abu.
    ”Wedhus gembel”
    Saat ini lava mulai lagi membentuk kubah baru. Namun, apabila terjadi suplai magma dalam jumlah besar, ada kemungkinan awan panas yang menimbulkan letusan akan terjadi lagi.
    Di Merapi, guguran lava yang menghasilkan awan panas umumnya terjadi setelah pertumbuhan kubah lava. Tipe erupsi khas Merapi adalah efusif, yaitu pembentukan kubah yang tidak stabil karena terdesak magma hingga akhirnya runtuh berupa guguran lava pijar dan awan panas.
    Dalam volume yang besar, material yang gugur itu berubah menjadi rock avalanche atau lebih dikenal dengan sebutan wedhus gembel. Dinamakan wedhus gembel karena bagi masyarakat sekitar bentuknya bergulung-gulung menyerupai bulu wedhus atau kambing.
    Awan panas ini merupakan campuran material berukuran debu hingga blok bersuhu le- bih dari 700 derajat celsius yang meluncur dengan kecepatan bisa di atas 100 kilometer per jam.
    Ancaman banjir lahar
    Dewi Sri, pengamat Merapi di Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK), kembali mengingatkan bahaya banjir lahar. ”Setelah letusan akan muncul bahaya sekunder, yaitu banjir lahar pada sungai-sungai yang berhulu di Merapi,” katanya.
    Hal ini kemungkinan besar terjadi, mengingat curah hujan yang tinggi di lereng Merapi selama musim hujan ini. Karena itu, perlu dilakukan langkah antisipasi pihak terkait.
    Sementara itu, untuk memastikan waktu berakhirnya pengungsian penduduk, menurut Sri Sumarti, pengamat di BPPTK, pihaknya memerlukan waktu sekitar dua hingga tiga hari untuk menghimpun data tentang gempa multifase dan gempa frekuensi rendah serta deformasi di puncak.
    ”Data ini diperlukan untuk memperkirakan aktivitas Merapi selanjutnya, apakah akan membentuk kubah lava baru atau letusan-letusan lagi,” ucapnya.(Kompas)

    » Read More...

    LINK EXCHANGE

    Untuk bertukar link silahkan pasang banner berikut dan konfirmasi ke Cbox atau via email di beritablogku@gmail.com





    blognewspepa.blogspot.com



    Link sahabat

    » Read More...

    ABOUT US

    Ini hanyalah blog tentang berita sehari-hari di sekitar kita

    » Read More...

    Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

    Entri Populer

    Pengikut

    LINK EXCHANGE

    blognewspepa.blogspot.com

    Tukeran Link Yuk...!
    Silahkan copy kode di atas...!
    Saya akan segera link balik...!

    Label